Thursday, August 16, 2018

Swiss Bukan Ilmu Pasti

Swiss merupakan jawaban dari pengakuan tidak ada yang instant di sepak bola. La Nati berproses panjang untuk mempunyai team kuat generasi Granit Xhaka dkk. Sesaat Swedia mulai menggetarkan menjadi pembunuh team raksasa saat tidak ada lagi sang mega bintang Zlatan Ibrahimovic.

Bila sepak bola sepasti pengetahuan tentu, karena itu Swiss merupakan juara Piala Dunia 2018. Kok Swiss? Hitungan matematika pengetahuan tentunya semacam ini. Tahun 2009, La Nati merupakan juara FIFA U-17 World Cup. Nalar pengetahuan tentunya, sembilan tahun berselang di Rusia 2018, umur beberapa pemain Swiss sampai periode emasnya, 26 tahun .

Baca Juga : KA Jayabaya dan Harga Tiket KA Jayabaya

Persis sama dengan Jerman saat jadi juara dunia di Brasil 2014 dengan rerata umur pemainnya 26 tahun serta tiga bulan. Berarti, bila kembali lagi ke teori kalau sepak bola itu sepasti pengetahuan tentu, karena itu Swiss yang di tahun 2009 juara dunia U-17 pastinya menjadi juara dunia lagi di 2018 FIFA World Cup Rusia.

Sayang nya, sepak bola bukan pengetahuan tentu. Sebenarnya sepak bola tidak sesederhana itu. Saat Anda jadi juara dunia di grup umur U-17 bukan bermakna langsung akan menjadi juara dunia dalam kurun waktu sembilan tahun lalu. Swiss merupakan misalnya.

Di Nigeria 2009, Swiss muda bukan saja jadi yang terunggul di Piala Dunia U-17, tapi juga menyapu titel topskorer melalui Haris Seferovic dengan lima gol serta kiper terunggul, Benjamin Siegrist.

Titel juara dunia ini adalah yang pertama buat La Nati sekaligus juga menumbuhkan harapan besar buat hari esok sepak bola Swiss. Bahkan juga karena sangat bangganya komentator laga final waktu itu, menyamai keberhasilan Swiss muda memenangkan Piala Dunia U-17 seperti titel Wimbledon pertamanya Roger Federer, petenis kebanggaan yang lebih mirip harta nasional Swiss.

Akan tetapi, faktanya di Rusia 2018 ini, cuma tiga alumnus Piala Dunia U-17 tahun 2009 yang masih tetap bertahan serta masuk squad La Nati. Mereka merupakan Haris Seferovic, Granit Xhaka, serta Ricardo Rodriguez.

Baca Juga : Jadwal KA Jayabaya dan KA Harina

Berikut sepak bola. Banyak dinamika yang berlangsung termasuk juga segi peningkatan di dalamnya saat periode 18 -21 tahun . Bila di periode itu pemain muda berkembang maksimal serta sukses jadi pemain masak atau mature players, timnasnya akan mendapatkan sumber pemain yang berlimpah. Itu juga tetap harus tidak dapat menjanjikan 100 % sukses tentu menjadi juara dunia. Di sinilah kompleksnya sepak bola.

Multi Etnis yang Unik. Lepas dari pengetahuan tentu yang tidak laku di sepak bola, La Nati memang menunjukkan kemajuannya di turnamen-turnamen besar sepak bola. Swiss bukan team yang sebatas numpang melalui lagi. Bahkan juga Swiss bimbingan Vladimir Petrovic ini tampak semakin solid serta padu sesudah tiga tahun berbarengan. Ciri-khasnya menjadi suatu team telah muncul. La Nati bermain dengan organisasi yang baik serta permainan yang efisien.

Kemampuan Swiss ada di kolektivitas pemainnya. Mereka memang tidak mempunyai pemain sekaliber Luka Modric, Ivan Rakitic (Kroasia), Neymar, Coutinho (Brasil) atau Luis Suarez serta Edinson Cavani (Uruguay). Hanya satu pemain yang bermain agak berlainan merupakan Xherdan Shaqiri. Ia memang sangat unik sekaligus juga pembeda buat Swiss.

Dengan Shaqiri, Swiss mempunyai pemain dengan potensi dribbling melalui lawan, berani duel satu lawan satu, serta mempunyai perasaan gol yang baik juga. Shaqiri terdaftar menjadi salah satunya pemain yang cetak hattrick di Brasil 2014 bersama dengan Thomas Mueller (Jerman).

Shaqiri bukan hanya satu yang unik. Keseluruhannya La Nati memang unik. Team ini begitu multietnis serta multikultur. Dilatih Vladimir Petrovic yang keturunan Bosnia Herzegovina, sesaat pemainnya begitu bermacam dari mulai keturunan Albania (Granit Xhaka, Dzemaili, Shaqiri), Bosnia (Haris Seferovic), Kosovo (Valon Behrami), Nigeria (Manuel Akanji), Kamerun (Breel Embolo), sampai kombinasi Spanyol-Cile (Ricardo Rodriguez).

Di Rusia 2018 ini, Swiss sudah membuat headlines dengan selebrasi kontroversial pemainnya Xherdan Shaqiri serta Granit Xhaka yang bau politis. Serta headlines selanjutnya akan makin ramai bila La Nati yang minus kapten team Stephan Lichtsteiner serta bek tengah Fabian Schar, dapat menangani Swedia di St Petersburg untuk maju ke perempat final. Bila ini dapat diwujudkan, berikut prestasi terunggul Swiss dalam 64 tahun paling akhir.

Baca Juga : Harga Tiket KA Harina dan Jadwal KA Harina

No Zlatan, No Masalah, Cuma ticket perempat final yang akan merubah cibiran publik Swiss jadi sanjungan pada team multikultur ini. Kemenangan atas Swedia akan membungkam kritikan pada squad La Nati yang sebagian besar tidak menyanyikan lagu berkebangsaan. Berikut bagian lain dari Swiss yang mempunyai empat bhs sah, yaitu Jerman, Prancis, Italia, serta Romansh.

Rintangan itu pasti tidak gampang. Swedia yang hadir ke Rusia 2018 ini memang tanpa sang mega bintang Zlatan Ibrahimovic. Akan tetapi, minus Zlatan, Swedia malah tidak memiliki masalah. Mereka jadi team yang lebih solid dibawah sentuhan Janne Andersson.

Permainan Swedia lebih cair. Bola tidak terpaku lagi mesti disalurkan lewat Zlatan atau mesti dituntaskan oleh Zlatan. Swedia kesempatan ini lebih kolektif serta mengalir. Siapa juga dapat cetak gol. Ada Emil Forsberg, Marcus Berg, atau Ola Toivonen.

Bahkan juga Swedia sekarang mendapatkan julukan baru menjadi pembunuh team raksasa, the giant killer. Di set kwalifikasi, Swedia dapat berkompetisi dengan Prancis serta singkirkan team kuat Belanda. Lantas di set play-off, surprise besar dibikin Emil Forsberg dkk dengan singkirkan juara dunia 4x Italia. Sesaat di Rusia 2018, Swedia turut terlibat menenggelamkan juara bertahan Jerman di set penyisihan group.

Lihat rute perjalanan ke-2 team serta ciri-ciri team semasing, pertemuan Swedia melawan Swiss di set 16 besar ini adalah laga yang susah diperkirakan. Kedua-duanya saling berkesempatan maju ke perempat final. Kedua-duanya saling mempunyai keunggulan serta kekurangan. Kedua-duanya juga bukan team yang superior. Mereka kuda hitam yang mempunyai ambisi serta motivasi besar di Rusia 2018.

No comments:

Post a Comment